Warga Yogyakarta serukan antikekerasan

id anti kekerasan

Warga Yogyakarta serukan antikekerasan

ilustrasi unjuk rasa anti-kekerasan (flickr.com)

Jogja (ANTARA Jogja) - Ratusan warga Yogyakarta dari berbagai elemen masyarakat yang kemudian dalam "Gerayak" menggelar aksi damai di Titik Nol Kilometer untuk menyerukan gerakan antikekerasan.

"Akhir-akhir ini, muncul berbagai tindak kekerasan di Yogyakarta. Melalui aksi ini, kami menolak segala bentuk kekerasan di Yogyakarta," kata Koordinator Umum Aksi Gerakan Rakyat Yogyakarta Antikekerasan (Gerayak) Muhammad Imam Aziz di Yogyakarta, Jumat.

Menurut dia, Yogyakarta adalah wilayah yang istimewa dan masyarakatnya memiliki rasa tenggang rasa terhadap perbedaan, dan cinta damai.

Melalui aksi ini, ia berharap, segala bentuk kekerasan yang terjadi di Yogyakarta tidak lagi terulang lagi di masa yang akan datang karena tidak ada tempat di Yogyakarta untuk melakukan anarki.

"Tindak kekerasan yang terjadi akhir-akhir ini dilakukan oleh sekelompok massa yang tidak bertanggung jawab. Masyarakat yang jumlahnya lebih besar sebenarnya tidak menyetujui tindak kekerasan ini," tukasnya.

Tindak kekerasan yang terakhir terjadi adalah pelarangan diskusi ilmiah di UGM serta pembubaran paksa diskusi buku yang dilakukan Majelis Mujahidin Indonesia di LKiS pada Rabu (9/5).

Sementara itu, salah satu seniman dari "Jogja Hip Hop Foundation" Marjuki yang juga mengikuti aksi tersebut mengatakan, tindakan kekerasan yang terjadi akhir-akhir ini sudah sangat meresahkan.

"Yogyakarta seharusnya menjadi wilayah yang aman, tenteram dan nyaman, tanpa ada kekerasan karena masyarakatnya yang beradab," ucapnya.

Aksi ini, lanjut dia, adalah sebuah bentuk pengaduan dari masyarakat Yogyakarta yang sudah resah dengan berbagai tindak kekerasan yang dilakukan sekelompok orang tidak bertanggung jawab.

Ia pun merasa khawatir, tindak kekerasan yang dilakukan sekelompok orang tersebut, juga dikhawatirkan bisa merusak Yogyakarta sebagai sebuah daerah yang istimewa.

"Kami hanya berharap, tindak kekerasan di Yogyakarta bisa hilang dan Yogyakarta bisa kembali aman, nyaman dan istimewa," ujarnya, berharap.

Dalam aksinya, massa yang berasal dari warga NU Yogyakarta, Syarikat Indonesia, Sekretariat Bersama Keistimewaan Yogyakarta, PMII, GMNI, Gusdurian, FS KMMK, FAM-J, AJI Damai dan Forum LSM Yogyakarta tersebut menggunakan pita hijau sebagai simbol antikekerasan.

Massa kemudian melakukan orasi dengan membentuk lingkaran tepat di Titik Nol Kilometer dan menyampaikan tiga tuntutan.

Tuntutan itu adalah mengusut tuntas semua pelaku kekerasan, membubarkan kelompok massa yang melakukan kekerasan atau organisasi massa yang pro-kekerasan, dan menuntut aparat untuk bertindak tegas dengan melindungi masyarakat dan bukan justru memberikan perlindungan kepada kelompok massa yang melakukan kekerasan. (E013)