Sleman waspadai penyebaran DBD di kawasan pondokan

id DB

Sleman waspadai penyebaran DBD di kawasan pondokan

ilustrasi nyamuk penyebar DBD (bengkulu.antaranews.com)

Sleman (Antara Jogja) - Dinas Kesehatan Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, mewaspadai penyebaran penyakit demam berdarah dengue di kawasan padat terutama di daerah-daerah yang terdapat banyak pondokan.

"Kawasan yang banyak terdapat pondokan seperti Kecamatan Depok menjadi prioritas dalam upaya pencegahan penyakit demam berdarah dengue (DBD) karena mayoritas warga merupakan pendatang," kata Kepala Bidang Pencegahan, Pemberantasan Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P2PL) Dinas Kesehatan Kabupaten Sleman dr Novita Krisnaini saat melakukan monitoring jentik di Dusun Karangwuni, Depok, Jumat.

Menurut dia, Di Kabupaten Sleman pengendalian penyakit DBD masih menjadi prioritas penanganan karena menyebar di 17 Kecamatan yang ada.

"Pada 2011 jumlah kasus DBD ada 166 kasus, 2012 ada 236 kasus, ada kenaikkan 42 persen dengan kematian nihil. Sedang pada 2013 sampai dengan 7 Maret ada 217 kasus dengan kematian satu orang tersangka DBD," katanya.

Ia mengatakan, mengatasi penyebaran DBD merupakan tanggung jawab bersama antara pemerintah dan seluruh lapisan masyarakat.

Upaya real Pemerintah Kabupaten Sleman dalam penanggulangan penyebaran penyakit endemik tersebut, pada Jumat 15 Maret 2013 melakukan pemantauan jentik di Dusun Karangwuni, Desa Caturtunggal bersama Tim Pokjanal Penanggulangan DB.

"Pemantauan tersebut bertepatan dengan Gerakan Jumat Bersih yang telah dilakukan secara rutin oleh Pemkab Sleman," katanya.

Novita mengatakan, lokasi pemantauan dilakukan di wilayah yang dinilai rawan dalam penyebaran kasus DBD.

"Sampai dengan minggu ketiga Maret, kasus terbanyak terjadi di Kecamatan Depok sebanyak 58 kasus. Temuan kasus tersebut masih di bawah garis pola maksimal 148 kasus," katanaya.

Walaupun demikian tetap harus diwaspadai, terbukti dari hasil pemantauan masih didapati didapati banyak jentik seperti di bak mandi, bekas-bekas kaleng yang ada airnya apalagi di pot-pot tanaman.

"Dari 84 rumah yang dipantau ditemukan positif terdapat jentik nyamuk pada 26 rumah. Dengan demikian secara perhitungan ABJ masih pada angka 76 persen," katanya.

Ia mengatakan, Dusun Karangwuni mempunyai karakteristik wilayah perkotaan dengan kepadatan bangunan yang relatif tinggi dengan aktifitas ekonomi masyarakat yang rata-rata bergerak dalam bidang jasa.

"Banyaknya rumah pemondokan dengan berbagai karakter individu penghuninya diharapkan mempunyai rasa kepedulian lingkungan yang tinggi. Agar tercipta kesadaran bersama diperlukan tata tertib yang mengikat baik untuk warga setempat ataupun individu yang tinggal di rumah pemondokan," katanya.

Tata tertib tersebut berisikan komitmen bersama untuk melaksanakan bersih lingkungan secara rutin, dan melakukan 3 M plus yaitu Menguras, Menutup dan Mengubur dan Ikanisasi pada genangan air yang memungkinkan untuk hidup ikan.

"Untuk melakukan kontrol atas komitmen bersama tersebut, dapat dilakukan dengan pemberlakuan peraturan bagi warga yang tempat tinggalnya masih terdapat jentik nyamuk harus ditempeli stiker jentik, dan jika sudah bebas jentik stiker dilepas," katanya.

Dengan upaya tersebut dimungkinkan untuk menekan resiko permasalahan penyakit DBD.

 
(V001)
Pewarta :
Editor: Nusarina Yuliastuti
COPYRIGHT © ANTARA 2024