Telur Elang Jawa Merapi belum nenetas

id Elang Jawa

Telur Elang Jawa Merapi belum nenetas

Elang jawa merapi (Foto Antara/Regina/doc)

Sleman (Antara Jogja) - Telur elang Jawa yang bersarang di Bukit Plawangan, hutan Taman Nasional Gunung Merapi, Kabupaten Sleman yang sebelumnya diharapkan dapat menetas pada awal Maret, hingga saat ini belum menunjukkan tanda-tanda menetas.

"Kami tidak terlalu intens mengawasinya karena dikhawatirkan menimbulkan stres pada induknya," kata Pengendali Ekosistem Hutan Seksi Pengelolaan TNGM Wilayah I Magelang-Sleman Irwan Yuniatmoko, Minggu.

Menurut dia, pemantauan yang terakhir dilakukan beberapa hari lalu. Hasilnya didapat, telur dari burung bernama latin "Spizaetus Bartelsi" tersebut belum ada tanda-tanda menetas.

"Belum ada tanda-tandanya telur menetas, burung elangnya juga masih bersarang terus," katanya.

Ia mengatakan, pemantauan yang dilakukan sangat jarang, itupun dilakukan dari jarak jauh, sekitar satu kilometer.

"Namun tetap kekhawatiran burung tersebut merasa terganggu itu ada. Kami belum berani terlalu dekat. Takut stres," katanya.

Irwan mengatakan, predator yang menjadi ikon dari Gunung Merapi ini bersifat sangat sensitif. Ketika merasa terganggu, burung tersebut tidak segan meninggalkan telur yang ada di sarangnya.

"Seperti pengalamannya yang sudah-sudah. Setidaknya sudah tiga kali, burung ini mengeram namun selalu gagal," katanya.

Ia mengatakan, awal burung tersebut berkembangbiak pada akhir 2014. Jika saat itu juga bertelur, harusnya pada awal Februari lalu sudah menetas. Namun, perkiraan tersebut kemungkinannya salah.

"Pada Desember 2014 masih praberbiak. Belum benar-benar mengeram," katanya.

Koordinator Pengendali Ekosistem Hutan TNGM Asep Nia Kurnia mengatakan, perkembangbiakan predator ini memang cukup sulit. Selain karena mempunyai sifat yang sensitif, setiap kali bertelur hanya satu butir saja.

"Elang Jawa kalau bertelur, hanya satu. Apalagi, Elang Jawa betina yang ada di kawasan TNGM hanya satu ekor saja. Sementara, yang lainnya jantan, yaitu antara dua hingga tiga ekor," katanya.

Menurut dia, jumlah ini belum bisa dipastikan karena membutuhkan pemantauan menyeluruh secara bersamaan agar tidak ada hitungan ganda.

"Jantan yang kuat, yang menjadi pasangan betinanya. Sementara, yang tidak punya pasangan, akan pergi. Bisa saja, saat ini hanya tinggal dua jantan. Tapi belum bisa dipastikan," katanya.


(V001)
Pewarta :
Editor: Mamiek
COPYRIGHT © ANTARA 2024