Bantul berupaya tingkatkan produktivitas padi lahan kering

id bantul, produksi padi

Bantul berupaya tingkatkan produktivitas padi lahan kering

PRODUKSI PADI DIY (FOTO ANTARA/Noveradika)

Bantul, (Antara Jogja) - Pemerintah Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta, berupaya meningkatkan produktivitas padi lahan kering di wilayah Kecamatan Dlingo dari sebelumnya yang rata-rata tujuh ton gabah per hektare.

"Lahan pertanian di Dlingo yang cenderung kering bisa dua kali tanam dengan produksi panen tujuh ton per hektare. Ini potensi bagus, harapannya bisa meningkat," kata Kasi Rehabilitasi dan Pengembanan Jaringan Irigasi pada Dinas Sumber Daya Air Bantul Sigit Pulunggono di Bantul, Minggu.

Menurut dia, upaya untuk meningkatkan produktivitas padi di kawasan perbukitan ini di antaranya dengan peningkatan jaringan irigasi pertanian di beberapa daerah irigasi, di antaranya wilayah Pedukuhan Maladan, Desa Jatimulyo, Dlingo.

"Dengan adanya peningkatan jaringan irigasi ini diharapkan bisa meningkatkan luas areal pertanian dan produktivitas padi, kalau sebelumnya rata-rata tujuh ton gabah per hektare mudah-mudahan bisa mencapai 8,5 sampai 9 ton per hektare," katanya.

Ia mengatakan, pada tahun anggaran 2015 pihaknya menganggarkan sebesar Rp1,49 miliar untuk peningkatan jaringan irigasi di wilayah Kecamatan Dlingo, anggaran ini untuk perbaikan enam daerah irigasi dengan anggaran masing sebesar Rp250 juta.

Sementara itu, Ketua Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Desa Jatimulyo Dlingo, Sutardi mengatakan, guna mendukung kegiatan di sektor pertanian setempat petani mengharapkan bantuan alat pertanian berupa traktor dari pemerintah setempat.

"Sampai saat ini sebagian anggota gapoktan masih kesulitan untuk pengolahan lahan, karena belum pernah `merasakan` traktor, sehingga kalau diperbolehkan memohon Dinas Pertanian agar memberikan traktor," katanya.

Menurut dia, Gapoktan Desa Jatimulyo ini memiliki anggota sebanyak 723 petani yang menggarap lahan pertanian seluas sekitar 400 hektare yang komoditas pertanian sebagian besar berupa padi, kemudian jagung dan sebagian kecil kedelai.

"Gapoktan saat ini baru punya 12 traktor yang dimanfaatkan petani wilayah utara, sehingga ketika petani di selatan hendak melakukan pengolahan lahan harus menunggu selesai, sehingga sering terlambat," katanya.

(T.KR-HRI)
Pewarta :
Editor: Luqman Hakim
COPYRIGHT © ANTARA 2024