Ekspor kerajinan DIY diperkirakan turun 12 persen

id kerajinan

Ekspor kerajinan DIY diperkirakan turun 12 persen

Ilustrasi industri mebel (Foto antarafoto.com)

Jogja (Antara Jogja) - Asosiasi Industri Permebelan dan Kerajinan Indonesia Daerah Istimewa Yogyakarta memperkirakan ekspor kerajinan dan mebel akan menurun 12 persen selama persyaratan pengurusan sistem verifikasi legalitas kayu masih menjadi beban pelaku usaha.

"Bisa turun sampai 12 persen, karena pengusaha khususnya UKM masih terbebani pengurusan SVLK," kata Wakil Ketua Asosiasi Industri Permebelan dan Kerajinan Indonesia (Asmindo) Daerah Istimewa Yogyakarta Endro Wardoyo di Yogyakarta, Rabu.

Menurut dia, penurunan ekspor tersebut dapat disebabkan penurunan daya saing produksi serta minta ekspor mebel serta kerajinan berbahan baku kayu yang dipicu sulitnya pengurusan SVLK yang merupakan tiket utama untuk ekspor kayu khususnya untuk pasar Eropa.

"Saya masih tidak tahu sampai kapan situasi ini akan berlangsung, mestinya ada upaya pemerintah supaya mereka (UKM) terbangun," kata dia.

Dia mengakui, dalam program percepatan pengurusan SVLK yang difasilitasi pemerintah baik dalam bentuk berkelompok, atau satu perusahaan, setidaknya telah mengurangi beban pelaku usaha mebel atau produsen kerajinan kayu lainnya dalam pembiayaan sertifikasi serta biaya pendampingan.

Kendati demikian, kata dia, terdapat komponen lain sebelum memasuki tahap pendampingan pengurusan SVLK dan sertifikasi.

Menurut Endro, dalam mengurus SVLK yang merupakan tiket utama ekspor kayu atau kerajinan berbahan baku kayu, pemilik usaha harus melewati sebanyak 16 perizinan.

Di antaranya meliputi pengurusan Tanda Daftar Perusahaan (TDP), Tanda Daftar Industri (TDI), Izin Gangguan (HO) dan Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP) yang merupakan kewenangan pemda.

Sementara di masing-masing pos perizinan tersebut, kata dia, masih membutuhkan biaya yang tidak ikut ditanggung oleh pemerintah dalam program percepatan pengurusan SVLK itu. "Itu semua kan butuh proses dan biaya yang tidak sedikit," kata dia.

Oleh sebab itu, dia mengatakan, masih dibutuhkan insentif lain dari pemerintah dalam mengurus persyaratan itu.

Sementara itu, Ketua Kamar Dagang dan Industri Indonesia (Kadin) DIY, Gonang Djuliastono mengatakan disamping membutuhkan dorongan insentif dari pemerintah, pada dasarnya produk kerajinan lokal di DIY memiliki banyak peminat di negara tujuan ekspor.

"Produk andalan Yogyakarta yang banyak diminati negara-negara tujuan ekspor antara lain furnitur, serta kerajinan berbahan baku alam," kata dia.

Dari sisi kualitas dan kreatifitas produk kerajinan lokal di DIY masih memiliki daya saing yang cukup kompetitif dengan produk negara lain. "Jika dibandingkan negara lain kita masih memiliki keunggulan di sisi sentuhan tangan (handmade) atau kreatifitas," kata dia.

(L007)
Pewarta :
Editor: Masduki Attamami
COPYRIGHT © ANTARA 2024