BPBD belum terima permohonan pasokan air bersih

id air

BPBD belum terima permohonan pasokan air bersih

ilustrasi (foto antaranews.com)

Bantul (Antara Jogja) - Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta, hingga Senin belum menerima permohonan pasokan air bersih dari masyarakat di daerah itu yang mengalami kekeringan akibat kemarau.

"Terkait dengan kondisi musim kemarau 2016 belum berdampak pada kekeringan, sehingga sampai saat ini belum ada permohonan `droping` air dari warga yang alami kesulitan air," kata Kepala BPBD Bantul, Dwi Daryanto di Bantul, Senin.

Menurut dia, belum adanya warga yang merasakan kekeringan atau kesulitan air bersih hingga akhir Agustus ini karena musim kemarau ini merupakan kemarau basah atau masih sering turun hujan, meskipun hujan yang terjadi tidak merata di semua wilayah.

"Masih mungkin turun hujan walaupun tidak merata, bahkan di tempat saya kemarin hujan deras, namun di tempat lain kering. Kondisi ini berdampak pada berkurangnya masyarakat yang mengalami kekeringan," katanya.

Meskipun demikian, kata dia, instansinya tetap menyiapkan antisipasi dengan menyiapkan "droping" atau pasokan air menggunakan mobil tanki jika sewaktu-waktu ada laporan masyarakat yang terdampak kekeringan dan mengajukan permohonan bantuan air bersih.

"Kami sudah sediakan air bersih untuk masyarakat, bahkan anggaran yang disiapkan dari APBD Bantul untuk `droping` air sekitar Rp80 juta, naik hingga seratus persen dari tahun lalu (2015) yang dianggarkan sekitar Rp40 juta," katanya.

Ia mengatakan, anggaran "droping" air bersih pada 2016 dinaikkan karena awalnya diprediksi tahun ini terjadi kemarau panjang. Selain itu pertimbangan bahwa pada 2015 dengan anggaran "droping" air bersih yang sebesar Rp40 juta masih kurang.

Dwi Daryanto mengatakan, kondisi kemarau yang dialami pada 2016 berbeda dengan kemarau normal. Pada Agustus tahun lalu sudah ada "droping" air sekitar 100 tangki ke wilayah yang masyarakatnya mengalami kekeringan karena kemarau.

"Karena Agustus-September itu biasanya puncak kemarau, sebenarnya saat ini puncak kemarau, cuma masih sering turun hujan, walaupun hanya sebentar. Ini memengaruhi kondisi air tanah warga, sehingga tidak begitu berdampak," katanya. 
.KR-HRI
Pewarta :
Editor: Nusarina Yuliastuti
COPYRIGHT © ANTARA 2024