Jaga selat malaka tetap terbuka dan aman

id selat malaka

Jaga selat malaka tetap terbuka dan aman

Foto udara gugusan Pulau Aruah di selat malaka, beberapa gugusan pulau diantaranya pulau Tokong Emas, Tokong Simbang, Labuhan Bilik dan pulau Jemur yang memiliki pesona bahari yang dijaga ketat oleh prajurit TNI AL. ANTARA FOTO/M Agung Rajasa/Rei/pd/

Yogyakarta (Antara) - Republik Indonesia, Malaysia, dan Singapura bertekad untuk selalu menjaga agar kondisi pelayaran Selat Malaka tetap terbuka dan aman, kata Sekretaris Jenderal Kementerian Perhubungan Sugihardjo.

"Pertemuan ini menyadari dan menguatkan komitmen kita agar menjaga Selat Malaka untuk tetap terbuka, aman dan bersih untuk pelayaran internasional," kata Sugihardjo dalam acara forum kerja sama terkait Selat Malaka di Yogyakarta, Senin.

Sebagaimana diwartakan, Indonesia menjadi tuan rumah dalam menggelar "Tripartite Technical Experts Group" (TTEG) ke-41 dan "Cooperation Forum" (CF) ke-9 yang merupakan konferensi terkait keselamatan alur pelayaran maritim di jalur Selat Malaka dan Singapura.

Menurut Sugihardjo, kerja sama beberapa negara itu juga dinilai selaras dengan realisasi Presiden Joko Widodo yang memiliki visi Poros Maritim Dunia guna memperkuat identitas kebangsaan sebagai negara maritim.

"Selat Malaka salah satu jalur pelayaran strategis dan vital untuk menghubungkan alur pelayaran dengan berbagai negara di dunia," ujarnya.

Sebelumnya, Kepala Delegasi Indonesia dalam TTEG ke-41 Raymond Sianturi di Yogyakarta, Minggu (25/9) malam, mengatakan, sampai saat ini Selat Malaka dan Singapura cukup aman untuk digunakan dalam lintasan pelayaran kapal domestik dan luar negeri.

Pertemuan itu, ujar dia, merupakan hal penting karena Selat Malaka adalah termasuk alur pelayaran vital di dunia sehingga berbagai pihak yang berkepentingan juga selayaknya berkontribusi terhadap keamanan pelayarannya.

Sedangkan para peserta yang diundang selain tiga negara anggota TTEG adalah terdapat sekitar 10 negara, termasuk perwakilan dari Australia dan Republik Rakyat China.

Raymond juga mengemukakan, dalam hal perlindungan maritim sejumlah proyek yang telah dilaksanakan dengan berkoordinasi dengan sejumlah instansi lainnya di luar Kementerian Perhubungan antara lain adalah program "Marine Electronic Highway".

Program tersebut, yang bekerja sama dengan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, berfungsi guna memonitor pencemaran laut.

Dia juga mengungkapkan, pentingnya menjaga keselamatan maritim di Selat Malaka antara lain karena dalam setahun terdapat sekitar 70-80 ribu kapal yang berlayar di sana. "Itu hanya jumlah kapal yang terdeteksi oleh 'AIS' (Automatic Identification System)," ucapnya.

Dengan demikian, kapal nelayan tradisional yang tidak dilengkapi perangkat elektronik AIS tidak ikut terpantau sehingga jumlah kapal yang melintasi Selat Malaka dalam setahun bisa lebih besar dari 80 ribu kapal.***1*** (M040)
Pewarta :
Editor: Agus Priyanto
COPYRIGHT © ANTARA 2024