Pendapatan retribusi Kebun Buah Mangunan Bantul naik

id Kebun Buah Mangunan

Pendapatan retribusi Kebun Buah Mangunan Bantul naik

Pengunjung melihat pemandangan dari puncak Kebun Buah Mangunan, Bantul, DI Yogyakarta (Andreas Fitri Atmoko/antara)

Bantul (Antara) - Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta mencatat pendapatan retribusi masuk Kebun Buah Mangunan di wilayah Kecamatan Dlingo pada 2016 mengalami kenaikan signifikan dibanding tahun-tahun sebelumnya.

"Kebun Buah Mangunan sejak dibuka untuk wisatawan pendapatannya dari tahun ke tahun selalu meningkat, dari awalnya pada 2013 sebesar Rp90 juta, pada tahun 2016 sudah Rp1,7 miliar," kata Plt Kepala Dinas Pertanian dan Kehutanan Bantul, Pulung Haryadi di Bantul, Minggu.

Menurut dia, sesuai data yang dihimpun dinas dari pengelola Kebun Buah Mangunan, pendapatan pada 2013 sebesar Rp90 juta, 2014 sebesar Rp300 juta, sementara sepanjang 2015 sekitar Rp500 juta, sedangkan pada 2016 sampai akhir November Rp1,7 miliar.

"Tahun 2016 ini kami rencanakan pendapatan Rp1,8 miliar selama setahun, sementara sudah sebesar Rp1,7 miliar. Saya optimistis target pendapatan itu tercapai," katanya.

Ia mengatakan di kawasan wisata perbukitan Kebun Buah Mangunan terdapat spot-spot untuk melihat pemandangan Bantul bagian selatan dari ketinggian bukit tersebut. Hal itu menjadi daya tarik bagi wisatawan untuk berkunjung.

Meski semangat awal untuk pengembangan kawasan kebun buah dan berbagai peternakan satwa, namun kata dia, sektor pariwisata tersebut menjadi nilai tambah tersendiri, sehingga diakui wisatawan yang berkunjung sekadar menikmati pemandangan tersebut.

"Kita akan mengembangkan Kebun Buah Mangunan sebagai pariwisata yang spesifik, pariwisata yang ada edukasinya, dan view itu sebagai nilai tambahnya. Wisatawan ke sana memang ingin menikmati view, tapi mereka di kawasan Kebun Buah," katanya.

Sedangkan menanggapi wacana pemindahan pengelolaan Kebun Buah Mangunan di bawah Dinas Pariwisata nantinya, pihaknya berharap Kebun Mangunan tetap berada di bawah pengelolaan instansinya, sebab perawatannya butuh tenaga dengan keahlian khusus.

"Kalau kita bukan semata pendatapannya, tapi agar tetap berkembang harus ditangani tenaga dengan keahlian khusus. Namun siapapun pengelola nantinya, harus ada jaminan pendapatan naik terus," katanya.

(KR-HRI)