Kulon Progo (Antara Jogja) - Produksi perikanan budi daya di Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta, mencapai 134.560 ton selama 2016.
Kabid Perikanan Budi Daya Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Kulon Progo Leo Handaka di Kulon Progo, Sabtu, mengatakan bahwa sebanyak 134.560 ton terdiri atas ikan lele sebesar 8.895 ton atau 66,12 persen, udang sebanyak 2.270 ton (16,87 persen), gurame sebanyak 1.662 ton (12,35 persen), dan nila 582,76 ton.
"Produksi perikanan budi daya masih didominasi tidak komoditas lele, udang, dan gurame. Produksi benih ikan sendiri sebanyak 80.510.812 ekor," kata Leo.
Dari 12 kecamatan, produksi ikan terbesar disumbang dari Kecamatan Wates sebanyak 3.632 ton, Nanggulan sebanyak 1.553 ton, Pengasih 942,49 ton, Kokap sebanyak 812,01 ton, dan Temon 797,59 ton.
"Kecamatan Wates dan Nanggulan tetap nomor satu terkait dengan produksi perikanan. Wilayah ini masuk kawasan minapolitan. Berikutnya, kecamatan lain sebatas daerah penyangga budi daya perikanan," katanya.
Leo Handoko mengatakan bahwa produksi ikan pada tahun 2016 mengalami penurunan dari total hasil tangkapan ikan pada tahun 2015. Hal ini dikarenakan dampak pembangunan bandara. Misalnya, produksi perikanan di Kecamatan Temon, khususnya udang, mengalami penurunan drastis.
"Kami tidak bisa berbuat banyak mengatasi masalah penurunan produksi perikanan. Semua untuk kebaikan bersama," katanya.
Ia menyebutkan luas lahan perikanan di Kecamatan Temon seluas 50 hektare yang terdiri atas seluas 45 hektare tambak udang dan 5 hektare perikanan budi daya lele, gurame, dan nila.
"Produksi perikanan budi daya di Kecamatan Temon turun drastis, sekitar 2.000 ton," katanya.
Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Kulon Progo Sudarna mengatakan bahwa DKP mendorong pelaku pembudi daya perikanan untuk berkumpul dan bersatu dalam manajemen usaha, dan mengembangkan ikan melalui kawasan sentra produksi perikanan (KSPP).
"Pada tahun 2016, kami sudah memulai di Desa Triharjo, Kecamatan Wates. Pada tahun 2017, kami akan menambah jumlah lokasi lain selain membesarkan KSPP Triharjo," kata Sudarna.
Ia mengatakan bahwa KSPP Triharjo sebagai proyek percontohan. Kalau berhasil, bisa dikembangkan di desa-desa lain dan kecamatan-kecamatan lain yang ada di Kulon Progo.
Menyinggung soal pengembangan KSPP, Sudarna mengatakan bahwa DKP tidak bisa kerja sendiri karena harus kerja sama dengan pemilik lahan. Namun, pada kenyataannya pemilik lahan paling luas di Kulon Progo adalah pemerintah desa.
"Kami sedang melakukan komunikasi dengan pemerintah desa supaya dapat menyediakan luasan lahan tertentu. Harapan kami setiap desa menyediakan lahan seluas 3 s.d. 4 hektare untuk membuat KSPP," katanya.
(KR-STR)
Berita Lainnya
Produksi ikan konsumsi di Sleman capai 55.045 ton
Selasa, 23 April 2024 15:12 Wib
DKP Gunungkidul menebar 20.000 ekor benih ikan di perairan umum
Selasa, 23 April 2024 14:12 Wib
Cegah kematian, konsumsi ikan sarden dan teri
Minggu, 14 April 2024 14:42 Wib
DKP Gunungkidul pantau titik pendaratan ikan guna memastikan stok ikan
Senin, 1 April 2024 20:28 Wib
Ingin tetap sehat-bugar, simak kiat milih makanan berbuka dan sahur
Senin, 25 Maret 2024 10:29 Wib
Hilang kontak, kapal bermuatan tujuh ton ikan
Sabtu, 16 Maret 2024 16:23 Wib
DKP Kulon Progo mengawasi penjualan olahan ikan di Pasar Jagalan
Kamis, 14 Maret 2024 15:14 Wib
DKP DIY menyiapkan program restoking ikan di enam lokasi wilayah Bantul
Kamis, 14 Maret 2024 14:58 Wib