Bantul bentuk sekolah siaga bencana delapan sekolah

id Sekolah siaga bencana

Bantul bentuk sekolah siaga bencana delapan sekolah

Ilustrasi sekolah siaga bencana (ANTARA FOTO)

Bantul, (Antara Jogja) - Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta, telah membentuk sekolah siaga bencana di delapan sekolah daerah itu untuk meningkatkan kesiapsiagaan siswa dan guru sekolah tersebut.

"Bantul sampai hari ini kita sudah membentuk delapan sekolah siaga bencana (SSB) baik tingkat SD, SLTP dan SLTA," kata Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Bantul Dwi Daryanto di sela peresmian pembentukan SSB di SD Pandak Bantul, Kamis.

Pihaknya tidak memerinci delapan sekolah itu di mana saja, namun kata dia, sekolah itu meliputi tiga SLTA, dua SLTP dan tiga SD yang sudah termasuk SD Pandak yang dibentuk dengan diawali simulasi bencana itu.

Dwi menjelaskan, tujuan pembentukan sekolah siaga bencana ini mengacu pada kejadian historis bencana di beberapa wilayah Bantul yang kejadiannya pada saat jam sekolah sehingga yang menjadi korban adalah anak didik atau siswa.

"Maka dari itu yang perlu kita lengkapi dan kita siapkan adalah menjadikan SSB supaya mengurangi dampak risiko untuk anak-anak kita. Karena anak kita ini harus kita persiapkan bahwa mereka adalah penerus genarasi bangsa kita," katanya.

Ia mengatakan, dengan menjadikan SSB itu maka para siswa akan merasakan aman dan nyaman dalam kegiatan belajar mengajar sehari-hari, dan manakala bencana misalnya gempa terjadi, mereka faham yang akan dilakukan.

"Kalau sekolah aman, anak-anak ketika belajar mengajar aman tidak pernah was was kalau terjadi bencana setiap saat mereka faham betul apa yang mereka lakukan. Sehingga orang tua tidak perlu khawatir," katanya.

Menurut dia, setiap pembentukan SSB dianggarkan sekitar Rp100 juta, yang anggaran itu diperuntukkan bagi pelatihan, bukan hanya simulasi, tetapi juga 15 kali pertemuan untuk edukasi siswa dan guru termasuk menentukan titik aman dan sebagainya.

"Proses pembentukan SSB cukup panjang, membutuhkan waktu sekitar satu bulan. Dan kegiatan hari ini adalah akhir dari segala proses panjang yang kita lalui, sehingga kita coba SOP-nya, coba protap-nya," katanya.***4***

(KR-HRI)
Pewarta :
Editor: Victorianus Sat Pranyoto
COPYRIGHT © ANTARA 2024