Seribuan siswa SMA-SMK DIY lakukan ikrar anti-kekerasan

id anti kekerasan

Seribuan siswa SMA-SMK DIY lakukan ikrar anti-kekerasan

Seribuan siswa SMA-SMK se-DIY melakukan ikrar anti-kekerasan di GOR Among Rogo, Yogyakarta, Kamis sore (18/5).(Foto Antara/Luqman Hakim)

Yogyakarta (Antara) - Sekitar seribu siswa SMA/SMK se-Daerah Istimewa Yogyakarta melakukan ikrar anti-kekerasan, anti-radikalisme, serta berkomitmen menjunjung tinggi Pancasila, UUD 1945, dan Kebhinekaan di GOR Amongrogo, Kota Yogyakarta, Kamis sore.

Ikrar itu bersama-sama dibacakan dalam acara yang diselenggarakan Polda DIY dengan tema "Momentum Hari Kebangkitan Nasional Membangkitkan Tekad Pelajar se-DIY dalam menjaga Kota Yogyakarta sebagai Kota Budaya, Kota Pendidikan, Kota Pariwisata, dan City of tolerance".

"Momentum Hari Kebangkitan Nasional ini kita manfaatkan untuk mencegah, menanggulangi adanya tawuran, klitih, dan tindak kekerasan lainnya termasuk radikalisme," kata Kapolda DIY Brigadir Jenderal Polisi Ahmad Dofiri dalam sambutannya.

Menirut Dofiri, Yogyakarta yang selama ini dikenal sebagai kota budaya, kota pendidikan, serta kota pariwisata sudah selayaknya memberi contoh bagi kota-kota lainnya dalam mencegah berbagai tindak kekerasan di kalangan pelajar.

"Dengan ikrar ini mari kita bangkit dari keterpurukan masa lalu yang selama ini terjadi di kalangan pelajar seperti klitih dan kekerasan lainnya," kata dia.

Menurut Dofiri, upaya mengatasi masalah klitih, tawuran, serta radikalisme di kalangan pelajar merupakan tanggung jawab bersama masyarakat, guru, dan kepolisian. Saat ini, menurut Dofiri, kepolisian telah meluncurkan program satu sekolah dua polisi (SSDP). "Kami polisi ada di sekolah tidak untuk memata-matai tetapi untuk mencegah kekerasan di sekolah," kata Dofiri.

Sementara itu, Asisten Pemerintahan dan Kesra Setda DIY Sulistyo mengapresiasi ikrar anti-radikalisme dan kekerasan yang diselenggarakan Polda DIY.

Menurut dia, acara ikrar itu merupakan momentum untuk mengamankan nilai moralitas untuk generasi remaja di Yogyakarta.

Sulistyo mengatakan Yogyakarta harua tetap menjadi kota yg menjunjung tinggi toleransi. Kasus-kasus yang mengatasnamakan kelompok mayoritas harus segera diselesaikan untuk melestarikan situasi yang kondusif di Yogyakarta.

"Yogyakarta tidak ingin menjadi kota yang penuh dengan kekerasan. Tidak akan terwujud kerukunan jika selalu ada konflik akibat perbedaan paham serta pendapat," kata dia.

(L007)