BPTP Yogyakarta terapkan teknologi poengolahan lahan pertanian

id BPTP Yogyakarta terapkan teknologi poengolahan lahan pertanian

BPTP Yogyakarta terapkan teknologi poengolahan lahan pertanian

Petugas BPTP Yogyakarta sedang memasang pipa dalam pengembangan teknologi pertanian sistem pengairan basah kering di Berbah Sleman. (Foto Antara/ Victorianus Sat Pranyoto) (antara)

Gunung Kidul,  (Antara Jogja) - Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Banglitbangtan Yogyakarta membuat sebuah inovasi penerapan teknologi pengelolaan lahan, air dan tanaman terpadu pada lahan sawah tadah hujan di Kabupaten Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta, untuk menggenjot hasil pertanian.

"Hasilnya para petani mengaku dapat meningkatkan jumlah panen mereka hingga dua kali lipat dibandingkan dengan tahun lalu," kata Kepala Kepala (BPTP) Banglitbangtan Yogyakarta Joko Purnomo pada temu lapang dan panen raya di Bulak Lor Polaman, Desa Wareng, Kecamatan Wonosari, Senin.

Untuk mewujudkan Indonesia sebagai sumber pangan dunia pada tahun 2045 nanti, pihaknya bekerja sama dengan Dinas Pertanian Gunung Kidul melakukan kegiatan kajian penerapan teknologi untuk peningkatan indeks pertanaman yang ada di area persawahan tadah hujan di Desa wareng, Kecamatan Wonosari.

Perluasan area lahan dan peningkatan rata-rata masa tanam adalah salah satu kunci untuk meningkatkan produktivitas. Penerapan teknologi pengelolaan lahan, air dan tanaman terpadu pada lahan sawah tadah hujan tersebut dilakukan dengan memberikan pembinaan secara khusus pada kelompok tani yang ada.

"Para petani yang ada diberikan arahan mulai dari percepatan olah tanah, pemilihan varitas padi umur pendek, serta pemanfaatan sumber air tanah yang ada di desa tersebut," katanya.

Hasil inovasi tersebut, dengan umur padi 83 hari setelah tanam, hasil ubinan yang didapat adalah 4,62 ton per hektare gabah kering panen (GKP) atau sekitar 4,015 ton per hektare gabah kering giling (GKG). Padahal pada saat tanam hingga panen intensitas hujan tidak begitu tinggi, intensitasnya hanya 557 milimeter dalam 25 hari.

"Panen padi dalam setahun sekali kini mampu meningkatkan jumlah hasil produksi mereka hingga dua kali lipat," katanya.

Ketua Kelompok Tani Desa Wareng Tukijo mengatakan tahun lalu hanya mendapatkan panen sebanyak 6,5 ton dalam satu tahun untuk satu hektare lahan padi, namun sejak ada inovasi tersebut kini mereka mengaku mampu menghasilkan 13,2 ton padi untuk satu hektare area sawah.

(U.KR-STR)