Para tokoh rumuskan "lima seruan sesepuh bangsa"

id lima seruan sesepuh bangsa

Para tokoh rumuskan "lima seruan sesepuh bangsa"

Sejumlah tokoh lintas agama dan budayawan bertemu dalam Forum Sesepuh Bangsa untuk Perdamaian di Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta, Jumat (26/5) (Foto Antara/Luqman Hakim)

Yogyakarta (Antara Jogja) - Sejumlah tokoh lintas agama dan budayawan yang bertemu dalam Forum Sesepuh Bangsa untuk Perdamaian di Universitas Gadjah Mada, Jumat, merumuskan lima poin "seruan sesepuh bangsa" untuk merespons kondisi kebangsaan saat ini.

"Semua elemen bangsa, khususnya Pemerintah harus melakukan penyadaran bagi semua pihak tentang pentingnya persatuan dalam Indonesia yang bhinneka, dan mendudukkan Pancasila sebagai kepribadian bangsa untuk semua generasi," kata Guru Besar Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga Abdul Munir Mulkan saat membacakan poin pertama seruan sesepuh bangsa di University Club UGM, Yogyakarta.

Kedua, Munir melanjutkan, Pemerintah harus bersikap tegas dan bijaksana dalam menanggapi situasi yang menjurus pada keretakan persatuan dan segera bertindak mengutamakan keselamatan bangsa dan negara.

Seruan berikutnya, Pemerintah harus memiliki sikap dan bahasa yang sama dalam menghadapi berbagai tentangan hidup berbangsa dan bernegara.

Para sesepuh bangsa itu juga berharap pendidikan politik dan sejarah kebangsaan perlu dikuatkan kembali baik kepada para politisi maupun semua elemen bangsa, demi keselamatan dan masa depan bangsa.

Terakhir, kata Munir, perlu dibangun persaudaraan sejati dengan menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan yang adil dan beradab demi terjaganya persatuan dan kesatuan bangsa.

"Tidak ada agama yang mengajarkan kekerasan kepada semua makhluk ciptaan Tuhan, bahkan semua agama mewajibkan penerimaan dan penghormatan kepada orang lain," kata dia mengakhiri seruan itu.

Para tokoh yang tergabung dalam Forum Sesepuh Bangsa untuk Perdamaian itu di antaranya Buya Ahmad Syafii Maarif, KH Ahmad Mustofa Bisri, Quraish Shihab, Kardinal Julius Dharmaatmadja, Sinta Nuriyah Abdurrahman Wahid, Mohammad Sobary, Abdul Munir Mulkan, Pendeta Gomar Gultom, serta Bhikku Nyana Suryanadi.

Mantan Ketua PP Muhammadiyah Syafii Maarif meminta masyarakat tidak pesimistis merespons situasi persatuan bangsa yang beberapa waktu terakhir ini bergolak. Namun demikian, Syafii juga meminta masyarakat tidak berpangku tangan, melainkan ikut serta merajut kembali persatuan bangsa.

"Kita harus bangkit menyelamatkan bangsa demi keturunan-keturunan kita ke depan," kata dia.

Istri mendiang mantan Presiden RI keempat KH Abdurrahman Wahid, Sinta Nuriyah berharap seluruh elemen masyarakat merapatkan barisan dan peka terhadap berbagai hal yang berpotensi merongrong persatuan bangsa baik yang bersifat politik kekuasaan maupun dengan embel-embel agama.

"Kita haris merawat dan melindungi bangsa ini dari berbagai macam hal yang bertujuan mengobrak-abrik bangsa ini," kata dia.

Sementara itu, Rohaniawan Katolik Kardinal Julius Darmaatmadja?mengatakan rasa hormat kepada Tuhan sejatinya dapat diungkapkan dengan menghormati seluruh ciptaan Tuhan yang berbeda-beda baik suku, ras, dan agamanya.

"Kalau menghormati Tuhan maka hormatilah martabat manusia," kata dia.

Puteri Mantan Presiden RI KH Abdurrahman Wahid, Alisa Wahid, sebagai salah satu penggagas forum menilai seruan para sesepuh yang telah mengikuti perjalanan bangsa perlu dihadirkan untuk merespons kondisi bangsa saat ini. Bagi Alisa, situasi yang sarat muatan kecurigaan dan ketakutan antarkelompok tidak boleh terus dilanggengkan.

"Kita membutuhkan percikan kearifan dan inspirasi dari beliau-beliau agar perjalanan sejarah bangsa kita bisa tetap dijaga pada arahnya," kata dia.

(T.L007)
Pewarta :
Editor: Luqman Hakim
COPYRIGHT © ANTARA 2024