Kulon Progo (Antara Jogja) - Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta, proaktif menangani kasus kematian ikan budi daya di setiap kelompok supaya dapat diketahui penyebabnya dan segera diatasi.
Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Kulon Progo Sudarna di Kulon Progo, Senin, mengatakan petugas DKP akan langsung mendatangi kolam ikan yang ikannya mati.
"Setiap ada laporan dari pemilik kolam atau kelompok pembudi daya yang ikannya mati, kami langsung mengirim petugas ke lapangan untuk mengambil ikan yang mati dan air untuk diuji laboratorium. Hal ini untuk mengantisipasi virus ikan," katanya.
Dalam kasus-kasus tertentu terkait kematian ikan, DKP akan melakukan uji laboratorium di Fakultas Pertanian UGM dan laboratorium DKP DIY untuk kajian lebih mendalam.
"Kami juga memiliki alat sederhana unjuk penanganan kematian ikan sehingga produksi perikanan budi daya tetap terjaga," katanya.
Menurut dia, penanganan kasus ikan mati sebenarnya cukup sederhana. Kalau masih dalam kondisi belum parah, kolam ikan hanya diberikan larutan air dari fermentasi batang pisang kelutuk. Larutan batang pisang tersebut dapat digunakan sebagai disinvektan,
"Kalau kondisi kolam ikan parah dan banyak ikan yang mati, kami rekomendasikan untuk tidak diisi selama satu musim untuk mengembalikan kadar tanah atau mematikan virus ikan yang menyerang," katanya.
Namun demikian, Sudarna mengakui sampai saat ini, tidak ditemukan kasus kematian ikan yang parah. Hal ini berkat kerja sama antara kelompok pembudi daya dengan DKP.
"Kunci keberhasilan perikanan budi daya di Kulon Progo adalah komunikasi yang baik sehingga setiap ada persoalan dapat diatasi dengan segera," katanya.
Hal itu, katanya, bahwa di Kulon Progo mengalami surplus produksi ikan lele berkisar 8.000 ton per tahun. Produksi rata-rata per tahun sekitar 13.000 ton, sedangkan konsumsi masyarakat Kulon Progo di bawah 5.000 ton per tahun.
"Jumlah produksi lele di Kulon Progo dalam satu tahun melebihi jumlah lele yang dikonsumsi masyarakat. Permintaan pasar masih di bawah jumlah produksi," kata Sudarna.
Ia mengatakan produksi lele yang dijual petani ikan berkisar tujuh kuintal hingga 1,1 ton per hari. Surplus lele di Kulon Progo kemudian dijual untuk memenuhi permintaan ikan di pasar-pasar daerah sekitar.
Saat ini, kata Sudarna, DKP tidak menargetkan adanya panen raya ikan karena akan menjatuhkan harga ikan di tingkat petani. Bantuan yang diberikan kepada petani juga tidak dilakukan bersamaan supaya hasil panen dapat dijual secara berkelanjutan.
"Kami tidak mengutamakan panen raya ikan, tapi mampu memenuhi permintaan pasar setiap hari secara berkelanjutan. Permintaan pasar menjadi kata kunci supaya petani mendapat keuntungan wajar dan budi daya terus berlanjut," katanya.
KR-STR
Berita Lainnya
Cegah kematian, konsumsi ikan sarden dan teri
Minggu, 14 April 2024 14:42 Wib
DKP Gunungkidul pantau titik pendaratan ikan guna memastikan stok ikan
Senin, 1 April 2024 20:28 Wib
Ingin tetap sehat-bugar, simak kiat milih makanan berbuka dan sahur
Senin, 25 Maret 2024 10:29 Wib
Hilang kontak, kapal bermuatan tujuh ton ikan
Sabtu, 16 Maret 2024 16:23 Wib
DKP Kulon Progo mengawasi penjualan olahan ikan di Pasar Jagalan
Kamis, 14 Maret 2024 15:14 Wib
DKP DIY menyiapkan program restoking ikan di enam lokasi wilayah Bantul
Kamis, 14 Maret 2024 14:58 Wib
Empat pengebom ikan di Sulteng ditangkap
Senin, 11 Maret 2024 11:06 Wib
Pemerintah bagikan 10.000 ikan kaleng di Yogyakarta
Senin, 11 Maret 2024 9:48 Wib