DIY ubah desa rawan pangan menjadi lumbung

id pangan

DIY ubah desa rawan pangan menjadi lumbung

Singkong bisa dijadikan pilihan untuk diversifikasi pangan (Foto antarafoto.com)

Gunung Kidul (Antara Jogja) - Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta mengubah delapan desa rawan pangan menjadi lumbung pangan, karena mampu mencukupi kebutuhan pangan warga setempat secara mandiri.

Asisten II Bidang Perekonomian dan Pembangunan Setda DIY Sigit Sapto Raharjo di Gunung Kidul, Rabu, mengatakan, beberapa tahun terakhir pemda DIY menjadikan delapan desa sebagai percontohan yakni Dadapayu (Semanu) dam Pundungsari (Semin) di Gunung Kidul; Hargorejo (Kokap), Pagerharjo (Samigaluh) di Kabupaten Kulon Progo; Margoagung (Seyegan) dan Wukirharjo (Prambanan) di Kabupaten Sleman; Tamantirto (Kasihan) dan Jagalan (Banguntapan) di Kabupaten Bantul.

"Selama ini wilayah tersebut dilakukan program pangan mandiri dalam rangka pengentasan kemiskinan. Dinas yang bertanggung jawab adalah Dinas Pertanian dan Pangan, yang bertugas meningkatkan potensi yang ada didaerahnya," kata Sigit.

Dia mencontohkan di desa Pundungsari mampu menghasilkan 10 ton padi perhektarenya, padahal wilayah tersebut berada di perbukitan.

"Salah satunya lahan tidak produktif menjadi lahan produktif. Sehingga dapat menghasilkan untuk mereka sendiri, baru setelah mencukupi menghasilkan untuk daerah lain," katanya.

Sigit mengatakan pihaknya fokus delapan desa percontohan untuk meningkatkan perekonomian warga melalui potensi yang ada.

"Program yang lain masih banyak lagi. Kami fokus delapan desa yang menjadi percontohan, ternyata di Kulon Progo difokuskan di Desa Pagerharjo bisa mengentaskan kemiskinan sampai 30 persen, di Samigaluh bisa 59 persen," katanya.

Tahun depan, Pemda DIY fokus pada 12 desa di tiga kabupaten, yakni Bantul, Kulon Progo dan Gunung Kidul. Untuk desa yang paling banyak keluarga miskinnya yakni di Kecamatan Saptosari, Gedangsari, dan Kokap.

"Nanti akan kita push, (dengan 8 kecamatan yang sudah dilakukan percontohan) terbubukti meningkat," katanya.

Nantinya, lanjut dia, program yang diberikan sesuai dengan potensi yang ada di desanya. Sigit mencontohkan, misalya Dinas Perikanan dan Kelautan (DKP) membuat program budi daya ikan air tawar, selain itu juga meningkatkan program melalui pariwisata.

"Pindul itu dulunya wilayah miskin, sekarang sudah mulai berkembang," katanya.

Gubernur DIY Sri Sultan HB X mengatakan Pemda DIY konsisten dalam pengentasan kemiskinan, salah satunya dengan mengembangkan potensi yang ada.

"Potensinya misalnya batik dikembangkan, sini potensinya apa," katanya.

Disinggung mengenai Kecamatan Gedangsari yang 2016 menjadi wilayah percontohan, Sultan mengatakan masih akan dikembangkan satu tahap lagi.

"Mungkin masih ada di Gedangsari, masih satu tahap lagi. Kami tidak hanya di Gedangsari, mangunan iya, sriten iya," katanya. 

(U.KR-STR)