Kulon Progo kedepankan pembangunan pertanian berbasis agro

id pertanian

Kulon Progo kedepankan pembangunan pertanian berbasis agro

Ilustrasi (Foto ANTARA/Mamiek)

Kulon Progo (Antara Jogja) - Pemerintah Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta, masih mengedepankan pembangunan sektor pertanian berbasis agro dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah 2017-2022.

Bupati Kulon Progo Hasto Wardoyo di Kulon Progo, Kamis, mengatakan pertanian berbasis agro bebas adanya permainan kartel dan mampu menggerakan ekonomi masyarakat kecil.

"Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) 2017-2022 tidak melupakan sektor agro gula merah. Karena ada 5.000 kepala keluarga miskin di sana. Gula merah merupakan komoditas yang tidak ada kartelnya," kata Hasto.

Ia mengatakan dunia sulit memproduksi guka merah karena harus dikerjakan secara manual, dan prosesnya harus memanjat hingga memasak. Thailand sebagai negara agraris juga enggan memproduksi, kecuali Filiphina.

Menurut Hasto, gula merah merupakan gula sakti. Kalau ada kebijakan larangan mengeskspor gula merah, pasti banyak negara memimta ke Indonesia. Sehingga, gula merah memiliki nilai ekonomis tinggi.

"Untuk itu, pembangunan itu harus berbasis ideologi. Kami selalu menerapkan ideologo bela beli Kulon Progo," katanya.

Sebelumnya, Manajer KSU Jatirogo Theresia Eko Setyowati mengatak produksi nira atau gula merah ada dua macam, ada yang hanya cocok dibuat gula cetak dan gula semut. Hal ini disebabkan kualitasnya kurang bagus dibuat gula semut. Kondisi cuaca kadang panas, kadang hujan ini menyebabkan produksi nira tidak bisa maksimal. Bahkan, saat ini hujan berhenti lama.

"Produksi gula semut di Kulon Progo turun drastis. Sehingga, petani nira paceklik pendapatan," kata dia.

Untuk itu, lanjut Eko, pihaknya sudah mengkomunikasikan kepada pihak partner bisnis, bahwa pihaknya tidak mampu memenuhi pesanan di atas lima ton. Kalau pun masih ada produk gula semut, hanya cukup memenuhi permintaan dalam negeri atau pasar lokal.

"Jumlah permintaan atau pemesanan lebih dari lima ton, kami mundurkan waktunya hingga Maret. Dengan harapan, hujan turun lebat, dan pohon kelapa berbunga dengan baik. Saat ini, kami fokus pada pemenuhan permintaan lokal yang jumlahnya tidak besar," katanya.

Terkat kenaikan harga gula semut, ia mengatakan tidak ada kenaikan. Hal ini disebabkan harga sudah ditetapkan melalui perjanjian. Selain itu, gula semut yang di ekspor dikenai pajak yang cukup besar. Sehingga, pihaknya tidak dapat menaikkan harga sesuka hati.

"Gula merah cetak ditingkat petani sudah mencapai Rp17 ribu hingga Rp18 ribu per kg. Namun, kami tidak bisa menaikkan harga gula semut, khususnya yang diekspor," katanya.
KR-STR