Areal tanam bawang merah Kulon Progo meningkat

id bawang

Areal tanam bawang merah Kulon Progo meningkat

Ilustrasi (Foto ANTARA/Sidik)

Kulon Progo (Antara Jogja) - Luas areal pertanaman bawang merah di Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta, mengalami peningkatkan 13 persen dari target 475 hektare menjadi 540 hektare.

"Budi daya bawang merah terkonsentrasi di Srikayangan seluas 70 persen berada di wilayah Kecamatan Sentolo," kata Wakil Bupati Kulon Progo Sutedjo di Kulon Progo, Rabu.

Ia mengatakan produksi bawang merah pada 2015 dengan luas panen 378 hektare mencapai 4.014,5 ton. Pada 2016, luas panen 432 hektare, hasil produksinya 3.842,1 ton. Produksi bawang merah mengalami penurunan produksi akibat hujan dua kali banjir pada 19 Juni 2016 dan 29 September 2016 sebagai dampak lanina.

"Pada 2017, produksi bawang merag meningkat lagi, tapi kami belum mendapat laporan totap hasil panen," katanya.

Dia mengatakan guna meminimalisir pengaruh negatif terhadap tanaman bawang merah perlu manajemen waktu tanam, sistem budidaya tanam yang ramah lingkungan dan manajemen pemasaran dalam kawasan pengembangan bawang merah.

"Berkaitan dengan ini pemerintah telah mendukung dalam pengembangan budi daya bawang merah, baik yang dilaksanakan oleh Bank Indonesia, Pemerintah DIY maupun Pemerintah Kabupaten Kulon Progo," katanya.

Ia mengatakan Pemerintah DIY dan Pemkab Kulon Progo pada 2016 telah membantu membangun gudang penyimpanan, dan pada 2017 ini telah membantu saprodi yang berkaitan dengan upaya pengurangan penggunaan pupuk kimia yaitu membantu pembangunan Laboratorium MA 11 untuk membuat starter pupuk organik, sehingga membantu 73 ton pupuk organik, 100 unit light trap untuk memberantas hama penyakit yang ramah lingkungan, sehingga penggunaan obat kimiawi dapat dikurangi.

"Semuanya dalam rangka meningkatkan produksi bawang merah yang ramah lingkungan, sehingga aman di konsumsi," katanya.

Sutedjo mengatakan pada saat panen raya, harga bawang merah harga jual produksi panen mengalami penurunan yang sigifikan. Oleh karena itu agar hasil produksi panen bisa dijual dengan harga yang baik.

"Kami berharap agar dilaksanakan pemasaran dengan cara tunda jual, yaitu disimpan dahulu di gudang penyimpanan, baru dipasarkan pada saat harganya baik," katanya.

Kepala Desa Srikayangan Aris Puryanto mengatakan petani tidak bisa melakukan tunda jual bawang merah meski harga ditingkat petani anjlok atau sangat murah.

"Saat ini harga bawang merah ditingkat petani sangat murah. Hasil panen bawang merah seluas 1.000 meter persegi hanya dibeli tengkulak Rp15 juta, padahal biaya produksi Rp12 juta. Petani bawang dikejar kontrak KUR. Modal tanam bawang merah pinjam ke bank dengan sistem tegat waktu tiga bulan, sehingga saat panen, petani langsung jual bawang merahnya tanpa menunggu harga bagus," kata Aris pada panen raya bawang merah di Bulak Srikayangan.

Ia mengatakan saat ini, harga bawang merah sangat murah, sehingga pendapatan petani berkurang. Biasanya lahan seluas 1.000 meter persegi, panenan bawang merah bisa mencapai Rp20 juta hingga Rp25 juta, sekarang hanya Rp15 juta. Petani hanya mendapat keuntungan Rp3 juta, padahal modal yang dikeluarkan sangat tinggi.

"Hal ini membuat dilema. Kami mengharapkan solusi, supaya petani tetap mendapat keuntungan, konsumen tidak berat membeli bawang merah, sehingga tidak terjadi inflasi," harapnya.
KR-STR