Petani Sleman menggelar budaya "wiwit" panen raya

id Petani Sleman menggelar budaya wiwit panen raya

Petani Sleman menggelar budaya "wiwit" panen raya

Petani di Kecamatan Moyudan, Kabupaten Sleman, panen padi yang melimpah. (Foto ANTARA/Mamiek)

Sleman, (Antara Jogja) - Kelompok Tani Sri Rejeki, Dusun Gedongan, Sinduadi, Mlati, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, panen raya demplot padi yang dimeriahkan upacara adat budaya "wiwit", Kamis.

Perayaan adat budaya "wiwit" ini sebagai salah satu upacara awal memanen padi dan merupakan satu upaya menunjung kearifan lokal.

Wakil Bupati Sleman Sri Muslimatun yang hadir dalam panen raya tersebut mengatakan panen raya tersebut diharapkan mampu memotivasi para petani dalam memproduksi padi secara maksimal.

"Sehingga Sleman mampu mempertahankan predikatnya sebagai gudang berasnya Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY)," katanya.

Ia mengatakan, perayaan tradisi budaya "wiwit" sebagai salah satu kekayaan budaya yang patut dipertahankan agar tradisi dan akar budaya masyarakat, dan dapat juga dinikmati masyarakat dan anak cucu.

"Perayaan ini masih dipertahankan oleh masyarakat Sleman sebagai bentuk rasa syukuur kepada Tuhan atas panen yang berlimpah," katanya.

Sri Muslimatun mengatakan, dari waktu ke waktu upaya untuk mempertahankan produksi beras di Sleman menghadapi tantangan yang sangat berat. Terlebih lagi luas lahan pertanian yang ada di Sleman dari tahun ke tahun semakin menyusut.

"Pemerintah Kabupaten Sleman terus berupaya untuk meningkatkan inovasi dalam menjawab tantangan yang ada dalam pertanian," katanya.

Ia mengatakan, salah satu upaya tersebut adalah dengan meningkatkan kesadaran, ketrampilan dan minat kelompok tani untuk menggunakan varietas yang unggul baru, pemupukan yang berimbang, penggunaan unsur hara mikro dan sistem tanam tajarwo (tanam, jajar, dan legowo) sehingga terbentuk kerjas ama demplot padi dengan PT Pusri Palembang.

"Demplot padi terbagi menjadi dua yaitu, petak A merupakan kebiasaan atau perlakuan petani, dan petak B yang merupakan perlakuan dengan sistem pola baru (demplot)," katanya.

Hasil akhir dari dua demplot tersebut menunjukan perbedaan hasil produksi mencapai 3,7 kuintal.

"Dengan sampel tiga titik, dengan ukuran 2,5 meter x 2,5 meter. Petak A (kebiasan petani) menghasilkan 6,8 kuintal, sedangkan petak B (sistem pola baru) menghasilkan 10,5 kuintal," katanya.



(U.V001)
Pewarta :
Editor: Luqman Hakim
COPYRIGHT © ANTARA 2024